MATA KULIAH
PENYUNTINGAN
TENTANG
“HAKIKAT DAN TUJUAN ENYUNTINGAN”
DISUSUN OLEH :
NAMA : BOBI
NPM : 208010266
SEMESTER : VII (TUJUH)
PRODI
: BAHASA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADAYAH BUTON
PASARWAJO
2012
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ........................................................................................... i
KATA
PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ........................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan ....................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Penyuntingan .................................................. 3
B.
Hakikat Penyuntingan ............................................................... 4
C.
Tujuan Penyuntingan ................................................................ 6
1.
Penyuntingan Subtantif ........................................................ 6
2.
Penyuntingan Kopi ............................................................... 8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................... 17
B.
Saran ......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Rabbul izzati yang telah
menganugerahkan nikmat dan ma’unah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat
dan Tujuan Penyuntigan”.
Tak
lupa pula kita khaturkan salam serta salawat atas junjungan kita Nabi Muhammad
Saw. Yang telah menuntun kita kejalan benar, beserta keluarga dan sahabatnya
sebagai sumber ilmu pengetahuan dan hikmat.
Makalah
ini disusun untuk memyelesaikan tugas, pada mata kuliah Penyuntingan, dengan
dosen Wa Ode Asmarani, S.Pd di Universitas Muhammadiyah Buton. Kampu
B Pasar Wajo, pada program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Maka
harapan penulis kiranya makalah ini, sesuai dengan harapan Ibu Dosen pada mata
kuliah yang dimaksud
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, sekali pun penulis berusaha dengan keras untuk menyempurnakannya,
namum penulis tetap berkeyakinan masih banyak juga kekurangan-kekurangannya.
Oleh karna itu dengan ini pula penulis menantikan masukan berupa saran, usulan
kritik dan sebagainya dari para pembaca untuk dijadikan bahan penyempurnaan
pada masa-masa mendatang. Dan akhirnya hanya kepada Allah SWT, jualah penulis
memohon semoga tulisan ini memberikan manfa’at yang baik guna kemajuan ilmu
pengetahuan, terutama dalam Ilmu Bahasa
baik bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Sebagai
makhluk sosial, manusia memerlukan komunikasi untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Boleh dikatakan, tiada hari dalam hidup kita yang terlewat tanpa
komunikasi. Dalam berkomunikasi, terjadi penyaluran informasi dari satu pihak
kepada pihak lain melalui sarana tertentu. Sarana ini tentu saja beragam
bentuknya, mulai dari yang paling sederhana seperti bahasa tubuh, sampai yang
paling canggih seperti internet. Salah satu sarana komunikasi yang sudah akrab
dengan kehidupan kita adalah media massa, baik media cetak maupun elektronik.
Secara
umum, media massa menyampaikan informasi yang ditujukan kepada masyarakat luas.
Karena ditujukan kepada masyarakat luas, maka informasi yang disampaikan
haruslah informasi yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, atau yang
menarik perhatian mereka
Agar informasi dapat sampai ke sasaran
(khalayak masyarakat) sesuai yang diharapkan, maka media massa harus mengolah
informasi ini melalui proses kerja jurnalistik. Dan informasi yang diolah oleh
media massa melalui proses kerja jurnalistik ini merupakan apa yang selama ini
kita kenal sebagai berita. Secara umum, kita dapat menyebutkan bahwa media
massa merupakan sarana untuk mengolah peristiwa menjadi berita melalui proses
kerja jurnalistik.
Dengan
demikian, jelaslah bahwa peristiwa memiliki perbedaan yang sangat konseptual
dengan berita. Peristiwa merupakan kejadian faktual yang sangat objektif,
sementara berita merupakan peristiwa yang telah diolah melalui bahasa-bahasa
tertentu, dan disampaikan oleh pihak tertentu kepada pihak-pihak lain yang
memerlukan atau siap untuk menerimanya.
Agar
informasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat dapat diterima dengan baik.
Maka salah satu proses kerja jurnalistik adalah bagian peyuntingan. Bagian ini
bertugas khusus dalam hal yang berkaitan langsung dengan naskah yang akan
diterbitkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan cermat dan seksama
oleh penyunting adalah masalah ejaan, tatabahasa, kebenaran fakta, legalitas,
konsistensi, gaya penulis, konvensi penyuntingan naskah, dan gaya penerbit/gaya
selingkung.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang yang disamapaikan pada latar belakang di atas, ada beberapa
masalah yang dihadapi.
1.
Bagaimana latar belakang penyuntingan?
2.
Apa hakikat penyuntingan?
3.
Apa tujuan penyuntingan?
C.
Tujuan
Penulisan
Dari
latar belakang dan rumusan masalah yang disampaikan di atas, ada beberapa
tujuan yang ingin dicapai dengan penulisan makalah ini.
1.
Mengetahui latar belakang penyuntingan.
2.
Mengetahui secara jelas hakikat penyuntingan.
3.
Mengetahui tujuan dari kegiatan penyuntingan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Penyuntingan
Menjadi
seorang penyunting (editor) ternyata bukanlah tugas yang biasa saja. Jika ingin
menyandang jabatan itu, seseorang harus memikirkan bahwa dia memiliki tanggung
jawab untuk melengkapi dirinya dalam dunia yang luas, yaitu dunia literatur.
Jadi, seorang penyunting tidak hanya bermodal ejaan yang baik dan benar saja,
akan tetapi harus memiliki "beban" sebagai seorang penyunting yang
baik dan benar pula.
"Buku
Pintar Penyuntingan Naskah" yang ditulis oleh Pamusuk Eneste benar-benar
dapat dijadikan salah satu referensi bagi para penyunting, khususnya yang baru
saja menggeluti bidang ini. Isinya tidak hanya hal-hal teknis seputar
penyuntingan, akan tetapi beberapa bab menjelaskan mengenai tugas-tugas,
syarat, dan hal-hal yang harus diperhatikan seorang editor. Bagian-bagian
tersebut dapat membangkitkan semangat untuk lebih mengembangkan diri atau untuk
menguji apakah saat ini seseorang telah menjadi editor yang baik dan benar.
Dalam
menjaga kemantapan atau bahkan peningkatan mutu berkala, fungsi penyaring harus
dijalankan ketat walaupun dalam pelaksanaanya dapat dilakukan baik secara pasif
maupun aktif. Begitu sautu berkala ilmiah terbit, secara tidak langsung telah
tercipta saringan terhadap karangan yang akan dimasukkan. Dari nomor perdata
suatu ilmiah berkala sudah dapat terbaca ruang lingkup bidang , kedalaman
spesialisasi, macam bahasa sebaran dan cakupan.
Geografi,
keteknisan, serta corak pembaca yang menjadi sasarannya. Petunjuk penulis
merupakan saringan kedua sebab hanya karangan yang sesuai dengan petunjuk tadi
diterima untuk diterbitkan. Saringan ketiga dilakukan secara aktif oleh
penyaring dengan menelaah nilai dan kadar ilmiah dwn mgengevakuasi makna
sumbangannya untuk memajuk,an ilmu dan teknologi. Hanya karangan ilmiah yang
lolos bentuk saringan ini yang diproses lebih lanjut untuk di terbitkan.
Untuk
mencapai semua sasaran prsyaratan yang dibakukan ini menjadi hak para
penyunting untuk memperbaiki , merevisi, mgengatur kembali isi dan
menyelaraskan atau terkadang mengubah gaya karya ilmiah yang ditujukan dseseorang
untyuk diterbitkan dalam berkala yang diasuhnya.
Perlu
ditekankan sekali lagi bahwa tugas penyunting karya terbatas pada pengolahan
naskah menjadi suatu bahan yang siap , dan menawasi pelaksaan segi teknis
sampai naskah tadi . penyunting bukan penerbit, jadi mereka tidak bertanggung
jawab atas masalahkeuangan, penyebaluasan serta pengelolaan suatu penerbitan.
Para penyunting bertanggung jawab atas isi dan bukan atas produksi bahan yang
diterbitkan.
Untuk
memapankan peran danm kedudukan penyunting sebagai agen yang ikut berperan
dalam memajukkan ilmu dan teknologi. Sebagai sepak terjang kegiatan penyunting
haruslah didasarkan pada seperangkat kode etik cara bersikap dan bekerja.
Kesadaran akan fungsi terhormat yang harus diisinya diharapkan menumbuhkan tebinanya
korps penyunting dan mitra bestari yang terandalkan. Berikut ini adalah
rangkuman berbagai sikap dan cara kerja yang sangat doisarankan dipatuhi dalam
penyunting dalam menurunkan tugas dan fungsinya.
Buku
pintar ini juga memberikan tuntunan kepada para penyunting tentang pentingnya
setiap proses penyuntingan. Seperti, proses Pra penyuntingan naskah yang
meliputi pengecekan kelengkapan naskah, ragam naskah, daftar isi, bagian-bagian
bab, ilustrasi/tabel/gambar, catatan kaki, informasi mengenai penulis, dan
membaca naskah secara keseluruhan.
Dalam
proses penyuntingan itu sendiri, yang perlu diperhatikan dengan cermat dan
seksama oleh penyunting adalah masalah ejaan, tatabahasa, kebenaran fakta,
legalitas, konsistensi, gaya penulis, konvensi penyuntingan naskah, dan gaya
penerbit/gaya selingkung.
Tidak
kalah pentingnya juga proses pasca penyuntingan naskah. Dalam proses ini setiap
editor harus memeriksan kembali kelengkapan naskah, nama penulis, kesesuai
daftar isi dan isi naskah, tabel/ilustrasi/gambar, prakata/kata pengantar,
sistematikan tiap bab, catatan kaki, daftar pustaka, daftar kata/istilah,
lampiran, indkes, biografi singkat, sinopsis, nomor halaman, sampai siap
diserahkan kepada penulis atau penerbit.
Ternyata
tidak begitu sederhana juga tugas seorang penyunting naskah itu, bukan? Semua
membutuhkan kemauan dan kerja keras untuk dapat menjdi penyunting yang baik dan
benar. Semua kerja keras itu bahkan tidak boleh berhenti pada satu puncak,
harus terus ditingkatkan hari demi hari.
B.
Hakikat
Penyuntingan
Penyuntingan
berasal dari kata dasar sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata
kerja), penyunting (kata benda), dan peyuntingan (kata benda).
Kata
menyunting bermakna (1) mempersiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi istematika penyajiannya, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan,
diksi, dan struktur kalimat); mengedit; (2) merencanakan dan mengarahkan
penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun dan merakit (film, pita
rekaman) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali (KBBI, 2001 : 1106)
Orang
yang melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting, yaitu orang yang
bertugas menyiapkan naskah (KBBI, 2001:1106). Selanjutnya kata penyunting
bermakna proses, cara, perbuatan sunting-menyunting; segala sesuatu yang
berhubungan dengan pekerjaan menyunting; pengeditan. Dengan demikian,
penyuntingan naskah adalah pross, cara, perbuatan menyunting naskah
Berdasarkan
perkembangan bahasa Indonesia akhir-akhir ini, istilah penyuntingan
disepadankan dengan kata inggris “ editor “ atau “ redaktur . Kata yang pertama
diturunkan dari bahasa latin “ editor, edi “ yang berarti menghasilkan atau
mengeluarkan ke depan umum. Adapun kata yang ke dua juga dijabarkan dari
perkataan latin “ redigore “ yang bermakna membawa kembali lagi. Kedua
perkataan inggris tadi kemudian berkembang menjadi berarti, menyiapkan,
menyeleksi dan dan menyesuaikan naskah orang lain untuk penerbitan, dengan
catatan bahwa istilah editor lebih sering dipergunakan orang. Dengan demikian
istilah penyuntingan yang kini di populerkan di Indonesia merupakan istilah
yang di selangkan dengan istilah redaksi. Istilah yang terakhir ini sebelumnya
lebih sering di pakai orang berdasarkan hasil serapannya dari bahasa belanda “
Redactic”
Konotasi
yang berkembang di Indonesia lebih mengaitkan istilah redaksi pada surat kabar
dan majalah berkala. Istilah ini sulit diterima untuk kegiatan seperti
mempersiapkan buku buat penerbitan, atau pemeriksaan tugas tesis mahasiswa
sebelum diuji. Perkataan pnyuntingan yang bari digali dari kosakata pribumi itu
dianggap lebih neutral untuk memenuhi berbagai keperluan yang maksudnya semakin
luas. Oleh karena itu, penyuntingan dapat didefenisikan sebagai orang yang
mengatur, memperbaiki, merevisi, mengubah isi dan gaya naskah orang lain, serta
menyesuaikan dengan suatu pola yang dilakukan untuk kemudian membawanya ke
depan umum dalam bentuk terbitan.
Pekerjaan
penyuntingan karya ilmiah untuk diterbitkan bukanlah pekerjaan yang ringan
sehingga tidak dapat dijadikan kegiatan sampingan. Namu , sudah bukan rahasia
lagi bahwa penyuntingan berkala tidak pula pekerjaan berat. Pada pihak lain
penyuntingan menuntut banyak dari seseorang, sebab disamping itu secara
sempurna menguasai bidang. Umumya ia harus mempunyai kesempurnaan bahasa yang
tinggi. Selanjutnya ia pun perlu memahami gaya penyuntingan dan proses
penerbitan ataupun redaksi penernbitan karya termaksud. Oleh karena itu, untuk
dapat memenuhi fungsinya dengan baik seorang penyunting haruslah mempunyai
modal waktu, kemauan, kemampuan, dsiplin kerja serta pemahan teori.
Karena
pentingnya fungsi penyunting sebagai penghubung, haruslah tersedia saluran
akrab dan terbuka diantara penulis-penyunting-pembaca. Semuanya harus satu
nada, satu irama, dan satu gelombang. Keselarasan tersebut akan sangat menentukan
keteraturan isi karya yang disusun oleh penulis, kemudian diolah penyunting dan
dikeluarkan penerbit serta akhirnya di telaah pembaca. Pengaturan dan
penyelarasan semua parameter tadi berada di tangan penyunting yang kemudian
menghasilkan berbagai kategori terbitan berkala.
Menjadi
hak penyunting untuk menggariskan dalam menentukan tingkat keteknisan berkala
yang diasuhnya. Begitu pula para penyuntinglah yang memutuskan bentuk
penampilan majalah, besar ukuran kertas, tata letak dan perwajahan, serta tebal
atau jumlah halaman per nomor atau per jilid. Dalam mengeluarkan petunjuk pada
calon penyumbang naskah, para penyunting majalah bermaksud telah
memformulasikan gaya selingkung yang mutlak harus diisi demi kekosistenannya.
Tetapi, begitu pola ditetapkan, menjadi kewajiban penyunting pula untuk menjaga
kemantapan semua yang telah digariskan tadi.
Penyuntingan
bermaksud mengenal pasti masalah yang terdapat dalam taipskrip dan
menyelesaikannya. Penyuntingan melibatkan tugas-tugas menulis semula, menyusun
semula, melengkapkan, membaiki dan menyelaraskan taipskrip bagi mengawal dan
meningkatkan mutunya untuk tujuan penerbitan.
Untuk
bisa menjadi seorang editor atau penyunting yang baik, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh penyunting. Syarat-syarat tersebut sebagai berikut.
1. Editor
hendaklah mempunyai kelayakan dan pengetahuan dalam bidang yang dinilai.
2. Mempunyai
waktu yang cukup untuk menilai taipskrip dalam tempoh yang ditentukan oleh
Dewan Bahasa dan Pustaka.
3. Bertanggungjawab
terhadap laporan penilaiannya.
C.
Tujuan
Penyuntingan
Tujuan Penyuntingan yang dilakukan
oleh para penyunting adalah sebagai berikut.
· Untuk
menjadikan taipskrip sebagai karya yang sempurna yang dapat dibaca dan dihayati
dengan mudah oleh pembaca apabila diterbitkan kelak.
· Untuk
memastikan isi dan fakta taipskrip berkenaan disampaikan dengan jelas, tepat,
dan tidak bercanggah atau menyalahi agama, undang-undang, etika dan norma
masyarakat.
· Untuk
memastikan pengaliran atau penyebaran idea daripada penulis kepada pembaca
dapat disampaikan dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah dan menarik.
· Untuk
menjadikan persembahan e-buku yang akan diterbitkan itu dapat menggambarkan
nilai dan identiti karya itu sendiri sehingga dapat menarik minat pembaca.
· Menonjolkan
identiti penerbit dengan memastikan e-buku itu menepati gaya penerbitan
penerbit.
Dalam
penyuntingan, kita mengenal dua tahap penyuntingan, yaitu penyuntingan
substansif dan penyuntingan kopi. Berdasarkan tahap-tahap penyuntingan yang
ada, maka ada beberapa tujuan lain dari penyuntingan.
1. Penyuntingan Substantif
Tujuan
penyuntingan subtantif dilakukan adalah untuk memastikan hasrat atau idea
penulis dapat disampaikan setepat, sepadat, dan sejelas yang mungkin. Semasa
membuat penyuntingan subtantif, editor akan membaca taipskrip sepintas lalu
dengan memberikan tumpuan kepada kandungan, pendekatan secara menyeluruh,
bahasa, susunan atau konsep taipskrip berkenaan.
Berdasarkan
penelitian tersebut, editor akan membuat teguran dan cadangan kepada penulis
untuk sama ada melengkapkan taipskrip, menulis semula, menyusun semula,
menggugurkan atau memotong bahagian teks atau ilustrasi yang tidak perlu, dan
membuat tambahan.
Berikut
ialah perkara yang perlu diteliti semasa penyuntingan substantif:
· Tajuk
tepat dan jelas
· Pembahagian
bab dan tajuk kecil jelas
· Adanya
kesinambungan antara bahagian, bab dan paragraf.
· Keseimbangan
antara setiap bab dan paragraf.
· Taipskrip
tidak bercanggah dengan undang-undang, moral dan agama.
· Penguasaan
bahasa.
· Keselarasan
istilah dan ejaan.
· Bahan
awalan, teks dan akhir hendaklah lengkap mengikut halamankandungan.
· Memastikan
fakta tepat, mencukupi dan fakta yang tidak relevan tidak dimasukkan.
· Petikan
bahan daripada karya lain telah mendapat keizinan.
2.
Penyuntingan
Kopi
Tujuan
penyuntingan kopi adalah untuk menghapuskan semua halangan yang wujud antara
pembaca dengan apa yang hendak disampaikan oleh penulis. Penyuntingan kopi
memerlukan perhatian yang teliti terhadap setiap butiran di dalam taipskrip.
Editor
perlu berpengetahuan tentang apa yang patut disunting dan gaya yang patut
diikuti di samping mempunyai kebolehan untuk membuat keputusan dengan cepat,
lojik, dan yang boleh dipertahankan. Semasa membuat suntingan kopi, editor akan
membaca taipskrip berkenaan dengan teliti, iaitu membaca perkataan demi perkataan,
ayat demi ayat, baris demi baris dan kadang-kadang melihat huruf demi huruf.
Kebanyakan daripada masa penyuntingan itu, editor akan berurusan dengan hal
penyusunan, bahasa dan kebolehbacaan taipskrip itu.
Tahapan
dalam penyuntingan kopi:
· Membuat
penyuntingan baris demi baris.
· Memberi
tumpuan khusus kepada fakta dan bahasa.
· Memastikan
kapsyen bagi ilustrasi ringkas, tepat, padat dan lengkap.
· Memastikan
keselarasan ejaan, istilah dan gaya bahasa.
· Memastikan
ketepatan dan keselarasan ilustrasi dan bahan lain dalam teks tersebut.
· Menandakan
teks dengan kaedah tanda atau piawaian sebagai arahan teknikal mengatur huruf.
· Memberi
tumpuan kepada gaya penerbitan.
Berikut
ialah hal-hal yang perlu diteliti semasa penyuntingan kopi:
a) Fakta
- Pastikan semua butiran dalam teks betul. Editor perlu menyemak dengan teliti
untuk memastikan ketepatan. Kadang-kadang kesilapan fakta boleh berlaku semasa
teks ditaip. Contohnya, papan lapis menjadi papan lapik dan tidak mahal
harganya menjadi mahal harganya. Selain itu ada sesetengah pernyataaan yang
tidak tepat dan berunsur negatif sehingga boleh membawa kepada tindakan
undang-undang.
b) Bahasa,
bahasa yang dimaksud mencakup.
· Diksi
ialah pemilihan penggunaan kata-kata. Dalam hal ini editor kopi perlu
memastikan:
-
kata-kata yang dipilih
berkesan dari segi maksud dan
-
kata-kata yang dipilih
sesuai dengan laras bahasa yang digunakan.
Contohnya,
laras bahasa sains, laras bahasa undang-undang dan lain-lain.
Semasa
menyemak diksi, editor kopi mungkin perlu membuang atau menggantikan perkataan
yang;
-
tidak tepat
-
sukar difahami
-
tidak tersusun dengan
baik
-
terlalu umum atau samar
-
terlalu banyak
-
bentuknya tidak
konsisten
-
tidak menarik dan tidak
sesuai untuk pembaca
· Perbendaharaan
kata - Editor kopi perlu memastikan perbendaharaan kata tersebut sesuai dengan
peringkat dan golongan pembaca sasarannya.
· Tatabahasa
- Aspek-aspek tatabahasa yang digunakan dalam teks seperti:
-
kata terbitan
-
kata sendi
-
kata ganti singkat
-
partikel
-
unsur imbuhan asing
-
rangkai kata setara
-
hukum DM
-
kata ulang
-
kata majmuk
Editor
kopi hanya perlu membaiki kesalahan dari segi tatabahasa tanpa mengubah gaya
asas atau idea yang hendak disampaikan oleh penulis.
· Pembinaan
Ayat dan Pemerengganan Dalam aspek ini editor kopi perlu melihat wujudnya:
-
Kepelbagaian dalam
struktur dan panjang ayat sesuatu penulisan itu perlu mempunyai binaan ayat
aktif dan pasif.
-
Ayat-ayat yang
berkesan, iaitu ayat-ayat yang tidak terlalu panjang, munasabah mengikut urutan
idea atau penekanan dalam ayat.
-
Pembentukan perenggan
yang baik dan sesuai mengikut ideanya. Sebaik-baiknya setiap perenggan
membicarakan satu idea sahaja dan setiap idea hendaklah dihuraikan dengan
ayat-ayat gramatis, tepat dan berkesan. Panjang pendek sesuatu perenggan
bergantung pada sepanjang mana sesuatu idea dapat dihuraikan dengan sempurna.
Selain itu pastikan tidak terdapat ayat tergantung atau tidak lengkap, dan
ayat-ayat yang ditulis dalam bahasa yang berbelit-belit. Ayat tersebut haruslah
diperbaiki dan dipermudahkan, sekiranya perlu ditulis semula.
· Ejaan
- Pastikan perkataan dieja dengan betul. Kesalahan ejaan kadangkala boleh
menyebabkan kesalahan fakta. Contohnya, perkataan yang patut dieja sebagai
lancang menjadi lancung.
· Istilah
- Editor kopi perlu mengenal pasti istilah yang tidak tepat, tidak kemas kini
atau tidak selaras. Dalam hal ini, editor kopi perlu membaiki, mengemas kini
dan menyelaraskan penggunaannya.
· Gaya,
Editor kopi perlu mengambil perhatian terhadap gaya persembahan supaya menepati
dan selaras penggunaannya. Berikut perkara yang perlu diberi perhatian:
-
Tanda baca
-
Singkatan, akronim dan
simbol
-
Huruf besar dan huruf
condong
-
Penomoran
-
Cara/Gaya penyampaiaan
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
perkembangan bahasa Indonesia akhir-akhir ini, istilah penyuntingan
disepadankan dengan kata inggris “ editor “ atau “ redaktur . Kata yang pertama
diturunkan dari bahasa latin “ editor, edi “ yang berarti menghasilkan atau
mengeluarkan ke depan umum. Adapun kata yang ke dua juga dijabarkan dari
perkataan latin “ redigore “ yang bermakna membawa kembali lagi. Kedua
perkataan inggris tadi kemudian berkembang menjadi berarti, menyiapkan,
menyeleksi dan dan menyesuaikan naskah orang lain untuk penerbitan, dengan
catatan bahwa istilah editor lebih sering dipergunakan orang. Dengan demikian
istilah penyuntingan yang kini di populerkan di Indonesia merupakan istilah
yang di selangkan dengan istilah redaksi. Istilah yang terakhir ini sebelumnya
lebih sering di pakai orang berdasarkan hasil serapannya dari bahasa belanda “
Redactic”
Tujuan Penyuntingan yang dilakukan oleh para
penyunting adalah sebagai berikut.
-
Untuk menjadikan
taipskrip sebagai karya yang sempurna yang dapat dibaca dan dihayati dengan
mudah oleh pembaca apabila diterbitkan kelak.
-
Untuk memastikan isi
dan fakta taipskrip berkenaan disampaikan dengan jelas, tepat, dan tidak
bercanggah atau menyalahi agama, undang-undang, etika dan norma masyarakat.
-
Untuk memastikan
pengaliran atau penyebaran idea daripada penulis kepada pembaca dapat
disampaikan dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah dan menarik.
-
Untuk menjadikan
persembahan e-buku yang akan diterbitkan itu dapat menggambarkan nilai dan
identiti karya itu sendiri sehingga dapat menarik minat pembaca.
-
Menonjolkan identiti
penerbit dengan memastikan e-buku itu menepati gaya penerbitan penerbit.
B.
Saran
Jurnalistik
merupakan ilmu terapan yang bisa didapatkan secara otodidak, kursus, baca, dan
latihan secara intensif. Namun jika hendak mendalaminya secara
keilmuan/akademis, tentu saja harus masuk pendidikan formal. Dalam jurnalistik
penyuntingan merupakan sebuah bagian atau proses dari terbitnya sebuah berita
atau sebagainya. Dalam mendalami tentang dunia jurnalistik terutama
penyuntingan, sangat dituntut pemahaman tentang penggunaan kaidah bahasa
Indonesia. Karena hal ini akan menunjang profesionalisme seorang penyunting.
Selain itu, pemahaman tentang teori atau ilmu tentang penyuntingan akan sangat
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
-
Eneste, Pamusuk. 2005.
Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta : Gramedia pustaka utama
-
Bintang, Putri.2007.
Seluk Beluk Jurnalisme di Indonesia..
http://angeliadewicandra.blogsome.com/feed/. (diakses pada tanggal 5 Maret
2008)
-
Dana, Davida
Welni.2008. Seputar Penyuntingan Naskah.
http://www.sabda.org/pelitaku/seputar_penyuntingan_naskah. (diakses pada
tanggal 5 Maret 2008)
-
Sulistyono, Arif
Gunawan.2007. Edit dan sunting. http://mywritingblogs.com/jurnalisme/xmlrpc.
(diakses pada tanggal 5 Maret 2008)
Gila River Casino & Resort, Scottsdale, Arizona | DRMCD
BalasHapusGila River Casino & Resort - Arizona's 태백 출장안마 premier entertainment and gaming destination. With more 상주 출장샵 than 1,200 slot machines, 70 용인 출장샵 table games 경상남도 출장마사지 & more, 계룡 출장샵